Studi Etnofarmakologi Antiparasit Masyarakat Komunitas Adat Dusun Limbungan di Lombok Timur

Rina Marjuliana, Kurniasih Sukenti, Iman Surya Pratama

Abstract


Masyarakat Lombok Timur memiliki pengetahuan etnofarmakologi tentang penyakit parasit yang diperoleh melalui tradisi lisan dan tulisan. Keterbatasan dalam tradisi tutur dan misinterpretasi lontar mendorong upaya eksplorasi dan pelestarian pengetahuan etnofarmakologi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan aspek pemanfaatan etnofarmakologi antiparasit pada komunitas adat Limbungan di Lombok Timur. Penelitian dilakukan menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan mendalam. Informan terdiri atas belian, tokoh adat dan penduduk lokal diperoleh melalui snowball sampling. Informasi dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung Index of Cultural Significance (ICS). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 35 spesies dari 22 famili sebagai antiparasit. Penyakit parasit yang diobati terdiri atas sembilan penyakit  seperti malaria, kutu, cacingan, feses berdarah, feses berlendir, mencret, anemia, skabies,  dan borok. Nilai ICS tertinggi terdapat pada Lannea coromandelica (Houtt) Merr dan terendah pada Euphorbia sp, Zingiber zerumbet berturut-turut 123 dan 18. Pengobatan antiparasit memiliki beberapa kearifan lokal seperti pembacaan do’a setiap preparasi ramuan obat dan pengobatan. Takaran dosis masih menggunakan cara tradisional dan secara umum pengobatan dilakukan dua kali sehari. Pengetahuan etnofarmakologi masyarakat Limbungan terkait antiparasit berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.


Keywords


Ethnoparmacology; Antiparasitic; Limbungan Indigenous Community

References


Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Sagung Seto, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2016, Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Mataram.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Tata Laksana Malaria. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Margono, S.S., Widodo, S., Is, S.I., dan S Alisah N.A. 2001. Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Anak Sekolah Dasar di Sekitar Klinik Sanitasi di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sari Pediatri., 2 (4), 188-192.

Supardi, S. 2002. Pola Pengobatan Sendiri Menggunakan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional Serta Pengobatan Rawat Jalan Memanfaatkan Pengobatan Tradisional. Diakses dari http://repository.litbang.kemkes.go.id/id/eprint/156, pada 09 Desember 2018.

Martini, D., Hayyanul, H., dan Budi, S. 2017. Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Obat-obatan Tradisional dalam Rezim Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia (Studi pada Masyarakat Tradisional Sasak), Jurnal Hukum dan Peradilan., 6 (1), 67-90.

Yamin, M., Burhanudin., Jamaluddin., dan Nasruddin. 2018. Pengobatan dan Obat Tradisional Suku Sasak di Lombok, Jurnal Biologi Tropis., 18 (1), 1-12.

Febricant, D.S., dan Norman R.F. 2001. The Value of Plant Used Medicine for Drug Discovery, Environmental Health Perspective., 109 (1), 69-75.

Shipunov, A. 2018. How to Make Herbarium : A Short Manual. Diakses dari http://herba.msu.ru.school.boil448.herb, pada tanggal 28 Januari 2019.

Wir’aeni, R. 2017. Nilai Edukatif pada Arsitektur Rumah Adat Bale Sasak di Dusun Limbungan Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

Agung, D.H. 2018. Dua Kasus Malaria Terjadi di Lombok: Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Segera Antisipasi. Diakses dari https://www.google.com/amp.tirto.id/dua-kasus-malaria-terjadi-di-lombok-kemenko-pmk-segera-antisipasipasi, pada tanggal 01 Agustus 2019.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.